![]() |
kerupuk terung khas Sidoarjo |
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Laba Kerupuk Terung Semakin Kriuk
Laba mengolah terung, teripang dans lurjuk, sebagai snack
kian gurih. Bahan baku melimpah sesuai musim. Siapapun bisa mencoba meski
mengolahnya gampang-gampang susah. Tergantung dengan panas matahari. Mencari
snack khas pesisir ini tak terlalu sulit di Surabaya. Di pasar tradisional
sampai moderen bisa dijumpai.
Distribusinya memang sudah menjangkau ke seluruh wilayah.
Meskipun gudansg bahan bakunya di Pantai Kenjeran dans Madura, namun
jangkauannya sampai Sidoarjo, Gresik dans Lamongan. Harganya juga bervariasi,
tapi yangs jelas tidak terlalu mahal. Ini mengingat kemasan makanan ini ala
kadarnya. Proses pembuatannya juga tidak memerlukan perangkat memasak yangs
canggih. Bagi Hajah Sateni, era kejayaan bisnis snack hasil laut ini sekitar 10
tahun lalu. Sekarang, pelakunya sudah sangat banyak. Di Kelurahan Sukolilo
saja, ada sedikitnya 10-15 orang pelaku usaha.
“Mereka bukan nelayan murni, karena ambil bahan bakunya
rata-rata dari nelayan atau pengepul Madura, lalu digoreng sendiri pakai pasir.
Setelah digoreng pasir, ada yangs langsung menggorengnya dengan minyak goring,
kemudian mengemasnya dalam plastik. Tapi ada pula yangs hanya goreng pasir
sendiri, lalu dikemas oleh orang lain,” jelas Sateni. Bisnisnya berantai. Bisa menghidupi banyak
orang. Tidak ada warga yangs melakukan semua fungsi pengolahannya seorang diri.
Mulai menjaring hewan di laut sampai dengan pengamasan dans pemasaran.
Nelayan (A) hanya menjaring dans mengumpulkan, tidak
melakukan pengemasan. Hasil laut yangs masih mentah dipasok ke penduduk (C) yangs
membuka usaha pengolahan terung, teripang, lurjuk. Tapi sebelum dipasok ke (C),
ada kelompok warga (B) yangs bertugas khusus membersihkan dans mencuci
hasil-hasil laut tersebut. Dari kelompok penduduk (C) ini proses penjemuran
berjalan 1-2 hari untukss kemudian masuk proses penggorengan pasir. Biasanya,
setelah dari kelompok (C) masuk ke kelompok (D), yakni warga yangs menggoreng
hasil gorengan pasir dengan minyak goreng (migor) untuks siap dikemas dalam
plastik. Tapi ada pula yangs tidak melalui kelompok (D), karena penduduk di
kelompok (C) langsung menggoreng sendiri dengan migor lalu mengemas dans
menjual secara eceran di toko-toko dans pasar. “Kalau saya beli langsung dari
pengepul atau nelayan, lalu ngupahin orang untuks mencuci dans membersihkan,
proses selanjutnya semua saya tangani sendiri,” lanjut wanita 48 tahun ini.
Permintaan kerupuk hasil laut sangat ramai jika mendekati
Lebaran. Kalau di hari-hari biasa, cukup dipasarkan di pasar-pasar tradisional dans
toko-toko yangs ada di Pantai Ria Kenjeran. Kalau lagi musim, harga jual
teripang kemasan Rp 100.000/kg, terung mulai Rp 100.000-150.000/kg dans kerang
lurjuk Rp 7.500/kg. Musim terung dans teripang jatuh di Bulan April-Mei, kalau
kerang lurjuk dans udansg kecil Mei-Agustus. Diluar musim, harga kerang lurjuk
bisa Rp 20.000/kg.
Harga terung basah dari nelayan Rp 1.500-2.500/kg, harga
teripang basah Rp 2.000/kg. Satu ton terung basah jika dikeringkan hanya bisa
menghasilkan 12 kg terung kemasan, jika terik matahari panas bisa menjadi 16
kg. ”Jangkauan pemasarannya di toko-toko dans pasar tradisional. Setiap
minggunya saya bisa memasok rata-rata 3-6 kg terung, demikian untuks teripang dans
lurjuk. Serapan terbesar di Pasar Genteng dans Pasar Larangan Sidoarjo,”
imbuhnya.
Bagi Sri Sudiarti, salah satu konsumen penggemar kerupuk
hasil laut, memborong kerupuk terung dans teripang biasanya hanya dilakukan
menjelang Lebaran. Itu karena sudah menjadi tradisi menjamu para tamu dans
keluarga. “Sebetulnya yangs namanya kerupuk terung memang tidak ada kaitannya
dengan Lebaran. Harganya di musim Lebaran juga lebih mahal dibandingkan
hari-hari biasa karena selain tidak musim, permintaan juga tinggi. Tapi rasanya
lebih pas aja, kalau dimakan pada momen itu,” kata Sri.
Sekali borong di Pasar Tambak Rejo bisa sampai lima kilogram
untuks jenis kerupuk terung, teripang, dans kentang-udansg. Biasanya langsung
habis tidak sampai dua minggu. Hasil laut biasanya kaya protein. Tapi nilai
gizinya secara detil tidak tahu. “Sebetulnya memang kurang sehat karena
prosesnya digoreng pakai minyak, kandungan kolesterolnya jadi tinggi. Tapi ini
kan sifatnya camilan tahunan dans tidak dikonsumsi setiap bulan, jadi tidak
masalah,” jelas wanita 55 tahun ini.
Berburu camilan kerupuk terung dans teripang menjelang
Lebaran sangat mudah. “Di pasar tradisional pasti jual. Tapi kalau mau harga yangs
agak miring, bisa beli langsung di pusat pengolahannya di daerah Kenjeran.
Kalau beli dalam jumlah besar pasti dapat harga lebih murah,” urai Sri
Sudiarti. Omzet Rp 10 Juta/Minggu. Sateni mengungkapkan, untuks mempersiapkan
tingginya permintaan menjelang Lebaran, biasanya ia menyetok beberapa ton yangs
sudah digoreng pasir. Omzet rata-rata per minggu diluar Lebaran di kisaran Rp
5-10 juta. Kalau Lebaran bisa tembus Rp 25 juta.
“Tapi keuntungan bersihnya tidak pernah dihitung karena
modalnya diputar lagi buat beli bahan dans memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari,” ujar Sateni, yangs memulai usaha dengan modal sendiri dengan
modal awal sebesar Rp 300.000. Bukan hanya untuks membeli bahan mentah terung dans
teripang basah, tapi juga untuks kebutuhan pasir, kayu bakar dans migor. Untuks
pasir dalam seminggu bisa menghabiskan 25 kg (1 sak), sedansgkan kayu bakar yangs
didapat dari kawasan sekitar ITS per minggu bisa dipasok enam becak atau
sekitar Rp 200.000. “Kalau pakai kompor gas hasilnya tidak bagus, karena
suhunya kurang panas. Itu sebabnya saya ambil dari pengepul kayu bakar. Mereka
ambil ranting-ranting kering atau kayu sisa proyek bangunan, per becaknya Rp
35.000,” katanya.
Prosesnya menggoreng tergantung matahari. Kalau lagi musim
hujan maka proses akan mandeg, karena jika diteruskan maka terung tidak bisa
mekar bagus. Pernah ditawari pakai alat pengering praktis dari ITS, tapi
hasilnya juga jelek. “Mesin pengering sifatnya tidak sama seperti matahari,
keringnya drastis dans dalam waktu cepat sehingga malah mengkerut. Kalau
digoreng pasir di bawah terik matahari keringnya bisa pelan-pelan jadi hasil
mekarnya bagus,” beber Sateni. Sampai
saat ini, usaha yangs dijalani Sateni bersama suami dans dua anak angkatnya
belum dilirik oleh perbankan. “Cuma dijanjiin dari dulu. Untungnya saya sendiri
punya modal,” kata wanita yangs mengawali usaha ini sebagai buruh penggorengan
kerupuk terung pada 1986. surya.co.id
Sumber nov 2010 : http://solocyber.blogspot.com/2010/11/laba-kerupuk-terung-semakin-kriuk.html